ABSTRAK
Narkoba menjadi
masalah yang cukup serius bagi generasi muda. Jumlah remaja yang melakukan
penyalahgunakan narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan dan jumlahnya
selalu naik setiap tahunnya. Padahal kasus narkoba bukan hal yang baru di
negeri ini, namun seiring berjalanya waktu bukannya berkurang tetapi malah
semakin merajalela. Salah satu penyebab mengapa remaja terjerat dalam
penyalahgunaan narkoba adalah karena rendahnya moral yang dimiliki oleh remaja
tersebut. Dalam masa remaja terdapat beberapa perkembangan yang akan
mempengaruhi bagaimana remaja tersebut akan tumbuh dan moral yang akan
terbentuk. Keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi pembentukan dan pengembangan kepribadian
seorang anak. Selain diajarkan di keluarga moral juga harus diajarkan di sekolah
untuk menjadi benteng bagi remaja berperilaku dan bersikap. Moral tidak cukup
hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan pada diri remaja. Masa remaja juga
merupakan masa pencarian dan pembentukan jati diri yang penting untuk
menentukan masa depannya nanti. Jika moral seorang remaja rendah ia akan mudah
terjerat kedalam lembah hitam penyalahgunaan narkoba karena dia tidak memiliki
moral sebagai pegangan dan benteng untuk menangkis semua pengauruh buruk ketika
masa pembentukan dan pencarian jati diri remaja datang. Rendahnya moral pada
remaja menjadi penyebab tingginya jumlah remaja yang terjerat kasus
penyalahgunaan narkoba.
PENDAHULUAN
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Sesuai data Badan
Narkotika Nasional, pada 2012 tercatat sebanyak 3,6 juta pengguna narkoba.
Selanjutnya pada 2013 meningkat menjadi 3,8 juta orang. Dari data
statistik Badan Nasional Narkoba RI
diketahui bahwa 15.000 orang Indonesia meninggal setiap tahunnya akibat
mengkonsumsi napza. Sebanyak 22 % pengguna narkoba di Indonesia berasal dari
kalangan pelajar, jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah pekerja
yang menggunakan narkoba.
Jumlah remaja yang melakukan penyalahgunakan narkoba
di Indonesia sudah sangat memprihatinkan dan jumlahnya selalu naik setiap
tahunnya. Padahal kasus narkoba bukan hal yang baru di negeri ini, namun
seiring berjalanya waktu bukannya berkurang tetapi malah semakin merajalela.
Hal ini perlu segera dicari penyebab mengapa banyak remaja di Indonesia yang
terbelenggu dalam lembah hitam penyalahgunaan narkoba. Remaja merupakan aset
masa depan bangsa Indonesia yang sangat penting karena di tangan remajalah masa
depan bangsa Indonesia dipegang. Perkembangan masa remaja sangat penting karena
pada masa tersebut seseorang mengalami masa peralihan dari masa kehidupan
anak-anak menuju dewasa yang sering ditandai dengan krisis kepribadian.
Masa remaja juga merupakan masa pencarian dan
pembentukan jati diri yang penting untuk menentukan masa depannya nanti. Fase
menemukan identitas bagi remaja merupakan tahapan yang sangat rentan dimana
remaja sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan negatif, salah satunya adalah
penyalahgunaan narkoba. Remaja dengan jati diri yang buruk akan mengalami
krisis kepribadian yang menyebabkan rendahnya moral remaja. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai rendahnya
moral sebagai penyebab perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja.
PEMBAHASAN
Narkoba menjadi masalah yang cukup serius bagi
generasi muda. Selain perkembangan kasusnya yang begitu pesat, merajalela di mana-mana, nakoba juga
dapat meracuni generasi muda baik tubuh maupun pikirannya. Berdasarkan data BNN
2012 menunjukkan bahwa 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3.2
juta jiwa adalah pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut 78% diantaranya adalah
remaja usia 20-29 tahun. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa angka pengguna
narkoba di Indonesia begitu besar. Sebanyak
22 % atau sekitar 14 ribu pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan
pelajar. Hal ini membutuhkan penanganan yang cukup serius (Yeppi Manafe, 2013: 9).
Data yang lain menunjukkan bahwa pengguna narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (napza) pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza
berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna
baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011
tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru
tahun 2013 tercatat 519 orang (Kompas, 2013).
Berdasarkan
data pengguna narkoba diatas jumlahnya tidak main-main banyaknya, bahkan remaja
yang merupakan generasi penerus bangsa menyumbang jumlah yang cukup besar yaitu
terbanyak kedua setelah pengguna narkoba oleh pekerja. Salah satu penyebab
mengapa remaja terjerat dalam penyalahgunaan narkoba adalah karena rendahnya
moral yang dimiliki oleh remaja tersebut. Menurut Triyanto (2013: 53) Moral merupakan
kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya
dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral sebagai standar baik-buruk yang
ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya. Keterkaitan antara
nilai dan moral terhadap perilaku seseorang adalah bahwa nilai merupakan dasar
pertimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu dan moral merupakan perilaku
yang seharusnya dilakukan atau dihindari oleh seseorang.
Yang menjadi kajian utama adalah mengapa pada usia
remaja banyak remaja di Indonesia yang terjerumus kedalam penyalahgunaan
narkoba. Padahal remaja merupakan generasi penerus bangsa yang sangat penting
bagi masa depan bangsa Indonesia. Jika generasi penerus bangsa memiliki moral
yang rendah bahkan tidak bermoral dan perilaku buruk dengan melakukan
penyalahgunaan narkoba mau jadi apa bangsa kita nanti. Dalam masa remaja
terdapat beberapa perkembangan yang akan mempengaruhi bagaimana remaja tersebut
akan tumbuh dan moral yang akan terbentuk.
Pertama adalah perkembangan emosi, dalam
perkembangan ini masa remaja merupakan
puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik
mempengaruhi perkembangan emosi pada usia remaja perkembangan emosinya
menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap peristiwa
sosial, emosinya yang bersifat negatif dan temperamental. Proses pencapaian
emosi remaja sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya terutama
lingkungan keluarga dan teman sebaya. Sebagai contoh jika seorang anak tumbuh
di lingkungana mendukung maka anak tersebut akan dapat mencapai kematangan
emosionalnya, namun jika lingkungan tidak mendukung akan menyebabkan tekanan
dan kecemasan baginya.
Kedua adalah
perkembangan moral, tingkat moralitas remaja sudah cukup tinggi, remaja sudah
mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti
kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Keragaman tingkat moral
disebabkan oleh faktor yang beragam pula, salah satu faktor penentu adalah
orang tua. Orang tua merupakan orang pertama yang mengajarkan moral terhadap
anaknya karena apa yang dilakukan oleh orang tua kebanyakan ditiru oleh anaknya
sewaktu kecil dan akan menjadi kebiasaan hingga dewasa. Sebagai contoh jika
anak sejak kecil diajarkan moral yang baik oleh orang tua anak tersebut kemungkinan
besar akan tumbuh dengan moralitas yang
baik pula. Namun jika anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang buruk
moral anak yang akan terbentuk kemungkinan besar adalah moral yang buruk pula.
Selain di lingkungan
remaja moral juga dibentuk di lingkungan sekolah bersama dengan teman
sebayanya. Di sekolah anak akan diajarkan mengenai pendidikan moral dan karakter
oleh guru dan akan diimplementasikan ketika bergaul dengan teman sebayanya.
Oleh karena itu penting bagi anak untuk memilih teman bergaul, jika bergaul
dengan orang yang baik maka akan ikut berperilaku baik dan sebaliknya jika
bergaul dengan orang yang buruk maka perilakunya pun akan menjadi buruk.
Ketiga adalah
perkembangan kepribadian. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan
fisik, emosional, sosial, kognitif, dan moral (Chasiyah, 2009: 49). Masa remaja
merupakan saat berkembangnya jati diri yang didorong oleh keinginn untuk dapat
memilih dan mengambil keputusan sendiri. Pada masa remaja seorang anak selalu
mendambakan kemandirian karena ia merasa sudah mampu untuk bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, namun jika hal tersebut dilakukan dengan cara yang
salah malah akan menjadi bumerang baginya.
Perkembangan
kepribadian juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja itu tumbuh, pada
usia remaja pengaruh teman sebaya akan lebih besar dibandingkan dengan orang
tua. Oleh karena itu remaja yang tumbuh pada lingkungan dengan teman sebaya
yang buruk akan mudah terpengaruh menjadi buruk meskipun orang tuanya baik. Jadi
diperlukan kontrol dari orang tua untuk menjaga perilaku dan moral anak agar
tetap baik dan kesadaran dari diri anak itu sendiri untuk dapat membedakan mana
perbuatan yang membawa manfaat dan kerugian baginya.
Dalam perkembangan anak menuju remaja diperlukan
interaksi anak tersebut dengan lingkungan dan bimbingan dari orang tua. Menurut
(Lydia harlina, 2008: 25) Penyalahgunaan narkoba sangat kompleks, tetapi selalu
merupakan interaksi tiga faktor penyebab yaitu narkoba, individu dan
lingkungan. Harus ada ketiga faktor baru terjadi penyalahgunaan. Upaya pencegahan
dan penanggulangan pun harus melibatkan
ketiga faktor tersebut baru dapat berhasil.
Ada beberapa hal yang menyebabkan remaja melakukan
penyalahgunaan narkoba yaitu karena kepribadian yang belum matang (immature personality) dan kondisi
keluarga yang tidak harmonis (Samsunuwiyati, 2008: 198). Remaja dalam memasuki
masa pencarian dan pembentukan identitas diri kepribadiannya belum mencapai
kematangan. Perkembangan remaja yang tidak matang ditandai oleh sifat
keragu-raguan dalam mengabil keputusan, kurangnya rasa percaya diri, dan kurang
mampu mengontrol emosi dan perilaku. Keadaan ini memungkinkan remaja untuk
mudah dipengaruhi hal-hal yang positif meupun negatif. Pengaruh positif akan
menguntungkn bagi dirinya, namun pengaruh yang negatif akan merugikan seperti
terjerumus pada tindakan penyalahgunaan narkoba. Dalam masa transisi remaja mengalami kekacauan-kekacauan dalam
menjalani peran-peran baru pada dirinya. Kekacauan tersebutlah yang memicu
remaja mangalami krisis identitas.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi
pembentukan dan pengembangan kepribadian seorang anak. Kehidupan keluarga yang
baik ditandai oleh hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Harus
terdapat komunikasi antara orang tua dan anak, dengan demikian maka akan
membentuk kepribadian yang matang bagi anak. Jika di dalam keluarga sering
terjadi pertengkaran dan konflik bahkan perceraian (broken home) maka akan membuat anak menjadi tidak betah tinggal
dirumah sehingga malakukan pelarian terhadap narkoba. Moral pertama kali
terbentuk dalam keluarga sehingga penting bagi orang tua untuk menanamkan moral
yang baik bagi anak-anaknya. Dari sisi keluarga, Afiatin (2010: 7) menyatakan
bahwa iklim keluarga yang kurang baik, kurangnya tokoh identifikasi dan
pengembangan diri yang kurang optimal juga dapat memicu perilaku penyalahgunaan
narkoba.
Moral selain dibentuk didalam keluarga juga dibentuk
dalam sekolah, oleh karena itu sangat penting disekolah diajarkan pendidikan
moral. Moral merupakan benteng bagi seseorang untuk melakukan atau menolak
suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupannya. Pendidikan moral
disekolah diperlukan untuk membentengi remaja dari iming-iming kenikmatan
sesaat ketika terjerumus dalam lembah hitam penyalahgunaan narkoba. Moral tidak
cukup hanya diajarkan, tetapi yang terpenting adalah membangun dan menanamkan moral
tersebut pada diri remaja. Sehingga dapat dijadikan pegangan bagi remaja untuk
tidak mendekati narkoba karena mereka akan mengerti bahwa narkoba lebih banyak
dampak negatif daripada dampak positifnya. Jika remaja sudah jatuh kelembah
hitam narkoba akan sulit bagi mereka untuk keluar dari jeratan narkoba.
KESIMPULAN
Remaja
merupakan tahapan yang sangat rentan
dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan negatif, salah satunya
adalah penyalahgunaan narkoba. Salah satu penyebab mengapa remaja terjerat
dalam penyalahgunaan narkoba adalah karena rendahnya moral yang dimiliki oleh
remaja. Dalam masa remaja terdapat beberapa perkembangan yang akan mempengaruhi
bagaimana remaja tersebut akan tumbuh dan moral yang akan terbentuk yaitu
perkembangan emosi, moral, dan kepribadian. Keluarga merupakan tempat moral
anak pertama kali terbentuk sehingga peran orang tua dalam membentuk moral anak
sangatlah besar. Selain itu moral juga harus diajarkan disekolah dan akan
diimplementasikan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Pendidikan moral
disekolah sangat diperlukan untuk membentengi anak dari pengaruh buruk narkoba.
Moral tidak cukup hanya diajarkan tetapi harus dibentuk dalam diri remaja dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin. 2010. Remaja dan Narkoba. Jakarta: PT Grafindo Persada. Halaman 7.
Chasiyah. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta:
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan UNS. Halaman 49.
Harlina, Lydia.
2008. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 25.
Kompas. 2013. Pengguna
Narkoba di Kalangan Remaja Meningkat. http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Remaja.Meningkat.
Diakses tanggal 28 April 2014.
Manafe,
Yeppi. 2013. Perkembangan Kejahatan Narkoba. Semarang: Makalah dalam Acara
Diseminasi Informasi dalam rangka P4GN Bagi Kalangan Pelajar di Auditorium
Radio Republik Indonesia (RRI) tanggal 22 Juli 2013.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Samsunuwiyati. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Halaman 198.
Triyanto. 2013. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
CV. Budi Utama. Halaman 53.
Casino Queen, Queens - Mapyro
BalasHapusCasino Queen, Queens is 김제 출장안마 a 16-story high-rise building in Queens, NY. 경산 출장마사지 View a 통영 출장안마 detailed profile of the 광명 출장샵 structure 부산광역 출장샵 1875 W Front Street, Queens,